Sakit – Syukur – Berani dan Pujian
Turut memanggul salib dalam perjalanan hidup. Injil memberi pesan bahwa di tengah-tengah perjalanan yang menantang ini kita tidak sendirian. Seperti sinar fajar pertama di gelapnya malam, Tuhan datang berjalan di atas air yang bergelora untuk berada bersama para murid. Ia mengundang Petrus untuk datang kepada-Nya di atas ombak. Ia menyelamatkan dia ketika melihatnya tenggelam, lalu naik ke dalam perahu, membuat angin menjadi reda.
Bersyukur atas rahmat panggilan religius.
Setiap panggilan lahir dari tatapan cinta Tuhan yang mengunjungi kita, pribadi lepas pribadi. Kita akan berhasil menemukan dan memeluk panggilan kita ketika membuka hati dengan rasa syukur dan merasakan perjalanan Tuhan dalam hidup kita.
Memilih dan menjalani panggilan mengundang kebernian. Yesus mengetahui segala persoalan, keraguan, dan kesulitan yang menghempaskan perahu hati kita. Karena itu Ia meyakinkan kita dan berkata, “Tenanglah, Aku ini; jangan takut!” Di tengah-tengah badai topan, hidup kita terbuka untuk memuji Tuhan. Hal ini pula undangan untuk menumbuhkan sikap batin Santa Perawan Maria: bersyukur bahwa Tuhan menatapnya, setia di tengah-tengah ketakutan dan kekacauan, ia dengan berani memeluk panggilannya dan membuat hidupnya suatu kidung pujian kepada Tuhan.
Kutipan Pesan Paus Fransiskus untuk Doa Minggu Panggilan Sedunia ke-57.